Senin, 19 Oktober 2009

Renungan Seorang Cucu


Itulah Ummi dan Abah ku, sebagai cucu perempuan satu satunya dalam keluarga ini aku adalah cucu yang paling dekat dengan mereka, apa karena memang aku yang paling disayang, atau sifat cerewet dan banyak tanya cuma ada dalam diriku dan tidak dimiliki oleh saudaraku atau sepupu-sepupuku yang lain. entahlah. Yang jelas moment mengintrogasi mereka adalah moment yang terekam jelas dalam memori otak, menjadi record terpenting dan tak kan terganti. Dulu, dengan ringan tanpa beban dan cerewetku aku bertanya 'kenapa begini?' atau 'kenapa dulu begitu?' mereka selalu tersenyum dan terlebih dahulu merapatkan tubuh mungilku dalam dekapan mereka sebelum akhirnya bercerita tentang semua yang silam, seketika aku menghilang dalam dongeng mereka, hanyut tenggelam dalam simulasi cerita mereka di imajenasiku sendiri.

Apa yang bisa aku lakukan sekarang? aku punya fasilitas yang cukup, tapi aku pikir belum ada hal yang berarti yang telah aku lakukan. Jika ingat bahwa aku tidak harus pergi ke terminal seperti Abah untuk menjajakan batangan rokok atau lembaran koran demi menyambung hidup mencari makan untuk esok hari, atau aku tidak harus memikul bakul sayur dipunggungku untuk membantu perekonomian keluarga seperti Ummi, aku malu.. malu pada mereka, malu pada diriku sendiri... seharusnya dengan apa yang aku miliki sekarang, aku bisa berbuat banyak. Mungkin tulisan ini bisa dijadikan batu loncatan bagi kita, bagaimana seharusnya kita menyikapi hidup, jangan pernah berhenti berpikir kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan fasilitas yang ada untuk melahirkan karya-karya baru yang bermanfaat bagi orang banyak..

"Mari ciptakan sesuatu yang berarti bagi dunia, mulai dari hal yang kecil, dari hal yang sederhana, dimulai dari diri sendiri, dan dari sekarang!"

0 comments on "Renungan Seorang Cucu"

 

Precious Caprice! Copyright © 2010 Proper Gift is Improved by Nabila Ibrahim for Precious Caprice Flower Image by Dapino Header effect an template color By Ipietoon